Masjid Huangcheng Chengdu, Kisah Panjang Toleransi Beragama di Chengdu

Ruang shalat memiliki luas sekitar 380 meter persegi dan dapat menampung 600-700 orang.

“Kita Bersaudara“9

“Setiap Shalat Jumat kurang lebih 1.500 orang menghadiri Shalat Jumat. Bilal mengumandangkan azan dengan pengeras suara agar terdengar ke luar masjid. Itu dilakukan setiap mau Shalat Jumat maupun Shalat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Di luar Shalat Jumat dan Hari Raya kami mengumandangkan azan dengan tidak menggunakan pengeras suara,” kata Chen Jin.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA  Pidato Kontroversial Trump, "Transformasi Menuju Energi Hijau Sebuah Penipuan" 

Di dalam masjid, lanjut dia, terdapat dua prasasti peringatan di ruang sejarah di masjid ini.

Keduanya dipersembahkan oleh pemerintah pusat kepada muslim di Provinsi Sichuan pada tahun 1950.

Satu prasasti ditulis oleh Guo Moruo, salah satu penulis, penyair, dan arkeolog paling terkenal di Tiongkok. Isi prasastinya adalah “Kita Bersaudara”, lanjut Chen Jin.

Prasasti lainnya ditulis oleh Wakil Presiden Tiongkok Zhang Lan yang juga merupakan pendiri Liga Demokratik Tiongkok.

Terjemahan bunyi prasasti antara lain “Kita hidup di tanah yang sama, tetapi tidak saling mengenal karena jarak dan isolasi geografis”.

BACA JUGA  Lima Atlet Panjat Tebing RI Melaju ke 16 Besar di China

Kita Setara

“Dahulu, Anda ditindas dan didiskriminasi oleh tuan tanah feodal. Sekarang, sejak berdirinya Republik Rakyat China, semua kelompok minoritas setara dan bersaudara.”

“Kita akan berkomunikasi dan belajar satu sama lain, meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan ekonomi. Dengan cara ini, kita tidak akan pernah asing lagi dan akan menjadi lebih dekat.”

Konteks dari prasasti itu yaitu Chengdu dibebaskan pada Desember 1949, sementara Republik Rakyat China  berdiri pada  1 Oktober 1949.

Pos terkait