Prasasti tersebut menjadi bukti bahwa komunitas muslim di Chengdu bisa menjalankan praktik-praktik ajaran Islam tanpa diskriminasi.
Masjid ini mencakup bangunan bunker, fasilitas pemandian (untuk bersuci), dan ruang penyimpanan kitab suci.
“Kami juga memiliki perpustakaan umum yang dapat dibaca oleh para pengunjung setelah menyelesaikan shalat. Koleksi buku yang ada meliputi ajaran-ajaran agama Islam, bacaan umum, maupun novel, ” kata Chen Jin.
Fasilitas modern terintegrasi di dalamnya, sementara eksteriornya mempertahankan penampilan arsitektur tradisional.
Masjid ini memiliki sejarah yang kaya dan telah menjadi pusat pendidikan Islam serta layanan komunitas, termasuk menerima tamu internasional dan para ulama.
“Masjid ini juga kerap kali digunakan sebagai tempat akad nikah bagi pasangan muslim,” kata Chen Jin.
Ia mengatakan komunitas muslim di Chengdu sebanyak 10 ribu lebih. Jumlah tersebut yang terdaftar di pemerintah lokal.
Mazhab Hanafi
“Mayoritas muslim di Tiongkok, termasuk etnis Hui di Chengdu, mengikuti mazhab Hanafi dalam fikih. Berbeda dengan mayoritas muslim di Indonesia yang bermazhab Syafi’i,” kata dia.
Ia mengatakan masjid ini terletak di pusat kota Chengdu, hanya sekitar 100 meter di sebelah barat alun-alun kota atau dikenal sebagai Tianfu Square.
“Setiap sore apalagi pada saat Sabtu, Minggu, dan hari libur. Tianfu Square dipadati oleh warga yang ingin menikmati suasana kota,” kata dia.
Masjid Huangcheng adalah contoh nyata dari akulturasi atau percampuran budaya yang harmonis antara agama Islam dan budaya arsitektur Tionghoa yang telah berlangsung selama berabad-abad.