Pesantren ini kemudian berkembang menjadi pusat pendidikan keagamaan nonformal yang menekankan keseimbangan antara ilmu agama, akhlak, dan pengabdian sosial.
Seiring waktu, Al-Hidayah menjadi simbol warisan spiritual KH. Muslich di Purwokerto menegaskan bahwa perjuangannya tidak berhenti di masa revolusi, tetapi terus hidup dalam bentuk pendidikan.
Melalui Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci, warisan itu terus menyala menjadi cahaya bagi generasi baru, sebagaimana dulu KH. Muslich menyalakan api perjuangan bagi bangsanya.