Lapas Medium: Pelatihan Keterampilan Lebih Variatif
Di lapas medium seperti Kembang Kuning dan Permisan, narapidana mendapat pelatihan beternak domba, ayam, hingga mengolah pupuk organik. “Saya bersihkan kandang domba setiap hari. Nanti bisa jadi modal usaha di Madura,” ujar Harun yang divonis 19,5 tahun.
Sementara itu, Ambar, narapidana Lapas Terbuka (minimum), mengolah pupuk dari kotoran hewan. “Setiap hari bisa hasilkan 15-20 karung pupuk,” katanya. Ia berencana berjualan pupuk setelah bebas Agustus 2025.
Lapas Minimum: Interaksi Lebih Bebas
Dua lapas minimum—Terbuka dan Nirbaya—memungkinkan narapidana beraktivitas lebih fleksibel. Mereka mengikuti pelatihan melinting rokok, mengolah sampah, hingga memanen padi. Para napi mendapatkan sebagian keuntungan dari hasil penjualan itu.
Dukung Ketahanan Pangan dan Keterampilan
Berbagai program seperti pertanian, peternakan, dan perikanan turut mendukung ketahanan pangan di Nusakambangan. Saat ini, 200 hektare lahan sudah dimanfaatkan, dengan rencana pengembangan hingga 2.000 hektare.
Kementerian Hukum dan HAM juga membangun Balai Latihan Kerja (BLK) yang rencananya beroperasi Agustus 2025. BLK ini akan melatih narapidana dari berbagai lapas di Jawa Tengah.
Menuju Pusat Rehabilitasi Modern
Transformasi Nusakambangan sejalan dengan KUHP baru yang akan berlaku Januari 2026. Sistem ini lebih mengutamakan pemulihan daripada penghukuman. “Lambat laun, stigma negatif tentang Nusakambangan akan hilang,” pungkas seorang petugas.
Kini, pulau ini tak lagi “angker” dan ditakuti, tetapi menjadi contoh sistem pemasyarakatan yang berorientasi pada reintegrasi sosial. (Antara)