Sekolah Jurnalistik, kata Amir, selalu relevan di tengah dinamika dunia pers saat sekarang. Era artificial intelligence atau kecerdasan buatan telah tanpa sadar turut menggerus seni menulis dan berjurnalistik.
”Menulis di media digital dan media massa, tidak hanya memerlukan kompetensi, namun butuh sebuah seni yang dilandasi pancaran energi tanggung jawab. Di situ ada nurani yang berbicara akurasi, verifikasi, dan cover both side atau keseimbangan informasi. PWI sangat menyeriusi sekolah ini sebagai ikhtiar membentuk penulis yang bertanggung jawab,” kata dosen dan penulis buku ilmu jurnalistik itu.
Amir menambahkan, terknologi informasi tak pernah berhenti bergerak. Dan siapa pun yang tergerak untuk menulis, bukan hanya kalangan profesi wartawan, tuntutan akan seni dan pemahaman etika berjurnalistik harus dipunyai oleh mahasiswa, dosen, maupun akademisi. Penulis yang baik, tambah dia, tidak hanya lahir dari dunia wartawan, namun bisa muncul dari dunia kampus.
”Kami sampaikan terima kasih atas kerja samanya. Semoga kegiatan ini mampu memacu mahasiswa FH Unissula mahir menulis sesuai standar berjurnalistik yang mengedepankan etika dan tanggung jawab,” pungkasnya.
Dampak Positif
Sementara itu, Dekan FH Unissula Prof Jawade Hafidz saat membuka acara mengatakan, kerja sama FH Unissula bersama PWI Jateng lewat Sekolah Jurnalistik bisa bertahan hingga angkatan ke-24 merupakan bukti bahwa kegiatan ini memberikan dampak positif yang luar biasa bagi mahasiswa.
Kegiatan ini, kata dia, memiliki dua tujuan besar. Pertama, mahasiwa mampu menyerap ilmu dan informasi soal dinamika dunia jurnalistik terkini dari pengajar yang mayoritas wartawan senior. Kedua, selaras dengan UU Pendidikan Tinggi terkait Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia guna membentuk SDM unggul.