Kerugian Jumbo Kereta Cepat “Whoosh” Bom Waktu bagi PT KAI

Kereta Cepat Jakarta -Bandung "Whoosh"
Kereta Cepat Jakarta - Bandung "Whoosh" yang dapat memangkas waktu perjalanan ke Bandung hanya 45 menit. ANTARA/Fitra Ashari

MATASEMARANG.COM – Kerugian dalam jumlah besar alias jumbo kereta cepat “Whoosh” bakal menjadi bom waktu bagi PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Oleh karena itu, Anggota Komisi VI DPR RI Firnando H. Ganinduto minta pemerintah segera mencarikan solusi konkret terkait beban utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung “Whoosh” agar tidak terus membebani operasional PT KAI.

Menurutnya, kondisi keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang mengalami kerugian Rp1,246 triliun pada semester I-2025 merupakan “bom waktu” bagi PT KAI.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA  Dedi Mulyadi Bakal Ganti Tansfer Desa dengan Saham BJB

“Kami mengapresiasi kinerja PT KAI yang selama ini cukup baik. Namun, beban keuangan yang ditanggung akibat proyek kereta cepat membuat kondisi PT KAI rentan. Pemerintah harus segera hadir dengan solusi karena proyek ini merupakan agenda kerja negara. Jika beban utang seluruhnya ditimpakan pada PT KAI, kebangkrutan hanya tinggal menunggu waktu,” kata Firnando dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Firnando mengatakan Kementerian BUMN dan BPI Danantara harus memberikan atensi khusus karena besarnya utang proyek strategis nasional (PSN) ini berpotensi mengganggu kinerja dan keberlangsungan operasional BUMN.

BACA JUGA  Pertamina Jamin Stok BBM Aman di Tengah Perang Iran-Israel

Dengan total utang restrukturisasi yang mencapai Rp6,9 triliun dari China Development Bank (CDB), dibutuhkan roadmap penyelesaian yang jelas.

“Dirut baru PT KAI harus mampu menghadirkan langkah nyata, mulai dari restrukturisasi utang, pencarian pendanaan alternatif, hingga strategi bisnis inovatif untuk mengurangi defisit,” ujarnya.

Firnando menekankan bahwa solusi tidak bisa sebatas restrukturisasi. PT KAI juga harus mendorong peningkatan okupansi penumpang, membuka jenis bisnis baru berbasis kereta cepat, serta menata ulang model bisnis KCIC agar lebih produktif.

Pos terkait