MATASEMARANG.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa hujan butiran es yang terjadi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, pada Selasa sore dipicu oleh terbentuknya awan Cumulonimbus saat masa peralihan musim.
Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Direktorat Meteorologi Publik BMKG, Ida Pramuwardani dikonfirmasi di Jakarta, Selasa, menjelaskan awan Cumulonimbus dikenal sebagai awan pembawa cuaca ekstrem karena mampu menghasilkan hujan deras, angin kencang, petir, bahkan butiran es.
“Hujan es terjadi ketika uap air yang naik ke lapisan atas awan mengalami pendinginan ekstrem hingga membentuk butiran es. Jika arus udara naik (updraft) cukup kuat, butiran es akan bertahan, membesar, lalu jatuh ke permukaan,” kata Ida dikutip Antara.
Dalam beberapa hari terakhir, lanjutnya, wilayah Jabodetabek dipengaruhi dinamika atmosfer yang cukup signifikan. Aktifnya gelombang ekuatorial Rossby, nilai OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang cenderung negatif, serta fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang sedang aktif di sekitar Jawa bagian barat mendukung pertumbuhan awan konvektif.
Menurut dia, kondisi ini diperkuat oleh kelembapan udara yang tinggi, atmosfer yang labil, serta suhu permukaan hangat pada siang hari dengan kisaran 28–34 derajat Celsius.
“Kombinasi faktor tersebut membuat cuaca terasa panas terik pada siang hari, lalu berubah menjadi hujan deras bahkan hujan es di sore hingga malam hari, seperti yang terjadi di Cikini,” kata dia.