Kisah Akbar dan Ilham Jadi Pelatih Badminton Anak-anak Tianjin

Bayu menyebut pelatih memegang raket kemudian memukul murid dengan pegangan raket adalah hal yang biasa.

“Awal-awal datang agak kaget karena orang tua malah marah kalau saya ‘lembek’ melatih anak mereka. Sampai saya melihat betis anak usia 6-7 tahun kebiruan karena dipukul gagang raket.  Tentu saya tidak tega,” cerita Bayu.

Namun, akhirnya karena ia saat itu sempat ditegur pelatih kepala karena “kurang galak” maka Bayu suatu kali mendorong seorang anak sampai terjungkal, tapi ternyata ayah sang anak malah berterima kasih kepadanya karena sudah memperhatikan anaknya.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA  Italia Juara Dunia Voli Putri 2025 Usai Menang Dramatis atas Turki

Meski begitu, Bayu pun tetap menyempatkan diri untuk bercanda dengan anak didiknya seusai latihan untuk mengurangi ketegangan.

Orang tua memang dibolehkan untuk menunggu anak-anak mereka berlatih di pinggir lapangan, sehingga selain diperhatikan pelatih, anak-anak juga dipantau langsung para orang tua mereka.

Anak-anak di China, ungkap Bayu, punya jadwal yang ketat. Selain sekolah sejak pagi, mereka juga punya jadwal les baik pelajaran maupun les lainnya hingga sekitar pukul 15.00, kemudian anak didiknya berlatih badminton pada pukul 16.00–18.00 sesuai dengan hari yang mereka pilih.

BACA JUGA  1 Suporter Meninggal Dunia saat Nonton Timnas Indonesia vs Lebanon

Proses adaptasi Bayu hingga benar-benar “kerasan” dan melatih dengan baik berlangsung hingga satu tahun. Ia pun mempelajari secara mandiri bagaimana harus ke tempat latihan sendiri, mengendarai sepeda listrik, dan pergi ke tempat-tempat lain.

Untuk “kurikulum” latihan, Bayu mengatakan dibuat secara konsensus oleh para pelatih berdasarkan kondisi kelas maupun target latihan.

Pos terkait