MATASEMARANG.COM – Pakar pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof. Totok Agung Dwi Haryanto meminta pemerintah segera melepas stok beras yang menjadi cadangan pangan.
Hal itu dilakukan agar gejolak kenaikan harga beras bisa diatasi di tengah stok beras yang melimpah seperti saat ini.
“Saya optimistis gejolak kenaikan harga beras dapat dikendalikan oleh pemerintah asalkan stok beras yang menjadi cadangan pangan pemerintah segera dilepas ke pasar,” kata Totok di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
Dia mengatakan kenaikan harga beras biasanya dipicu oleh biaya produksi yang semakin meningkat, seperti kenaikan harga pupuk, kenaikan harga sarana produksi pertanian dan ongkos tenaga kerja.
Selain itu, ada faktor iklim yang dapat memicu kenaikan harga beras di antaranya musim kemarau yang berkepanjangan.
“Dua hal itu tampaknya tidak ketemu dengan kondisi sekarang ini, tidak terkoneksi dengan kondisi sekarang karena saat ini produksi beras sedang naik dan peningkatan biaya produksi tidak relatif tinggi,” katanya, Senin 30 Juni 2025.
Menurut dia, kenaikan harga beras yang berlangsung saat ini bisa terjadi karena harga pembelian pemerintah (HPP) terhadap gabah naik menjadi Rp6.500 per kilogram.
Ia mengatakan jika harga gabah naik, secara otomatis harga beras akan mengalami kenaikan karena ada rendemen yang menyebabkan bobot gabah turun sekitar 55-60 persen, sehingga harga beras pun harus naik di atas harga gabah yang sebesar Rp6.500 per kilogram.
“Saya bersyukur dengan harga gabah Rp6.500 per kilogram ini, petani diuntungkan karena bisa menikmati harga yang baik. Apalagi dengan program-program pemerintah melalui Bulog yang bekerja sama dengan TNI dalam menyerap gabah hasil petani, memang kita melihat harga di lapangan sesuai dengan ditetapkan oleh pemerintah, HPP Rp6.500,” katanya.