MATASEMARANG.COM Kebijakan mengenakan sarung atau gamis bagi pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ternyata membawa berkah bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Selain membuat wajah birokrasi menjadi berbeda dari biasanya, aturan ini juga diharapkan ikut menggerakkan roda ekonomi rakyat.
Ainun, pedagang batik di pasar tiban setiap Jumat di Mugassari mengaku dagangannya meningkat sejak aturan itu diberlakukan.
Selama sebulan terakhir, ia berhasil menjual satu kodi batik, jauh lebih tinggi dibandingkan biasanya.
“Biasanya paling laku satu potong, itu pun tidak tentu. Kemarin alhamdulillah bisa lima sampai enam potong. Saya jualan hanya setiap Jumat, dan selama sebulan ini kira-kira sudah laku satu kodi,” ujarnya penuh syukur.
Ainun menjual batik asal Pekalongan dengan harga bervariasi, mulai dari Rp50 ribu hingga Rp150 ribu. Produk yang ditawarkan pun beragam, tidak hanya sarung, tetapi juga gamis dan baju batik.
“Alhamdulillah jadi banyak pembeli. Semoga terus pakai batik,” harapnya.
Kebijakan bersarung dan bergamis ini dinilai tidak mengurangi kualitas layanan publik, justru menghadirkan citra birokrasi yang lebih dekat dengan masyarakat.
Dampak ekonominya pun nyata, karena UMKM lokal ikut merasakan peningkatan permintaan.
Dengan adanya kebijakan ini, Pemprov Jateng tidak hanya memperkuat identitas budaya, tetapi juga memberi ruang bagi UMKM untuk tumbuh dan berkembang.
















