Berdasarkan pemeriksaan, diketahui anak-anak di sekolah cukup banyak yang mengalami gangguan jiwa ringan, sedang, dan berat. Yunita mencontohkan kasus di salah satu SMA yang tersentuh program tersebut.
Dari total 150 anak yang diperiksa, ada sekitar 30-an anak mengalami gangguan kejiwaan.
“Maka ada program Mental Health First Aid (MHFA) yang dilakukan. Jadi ada kader yang mendengar keluhan temannya. Itu dimulai dari SD, SMP, SMA,” katanya.
Ditambahkan, MHFA tersebut untuk menyikapi kecenderungan anak yang lebih suka curhat kepada temannya daripada orang tua. Program itu menjadi wujud kewaspadaan untuk melihat kasus-kasus kesehatan jiwa dari yang sangat ringan.
“Anak yang tadinya ceria menjadi murung, anak yang tadinya terbuka menjadi tertutup. Ini menjadi kewaspadaan kita semua,” papar Yunita.
Adapun beberapa faktor yang penyebab kesehatan jiwa pada anak, kata Yunita, adalah kurangnya perhatian dari orang tua karena terlalu asyik dengan gawai, kondisi sosial ekonomi, kemudian pergaulan.
“Jadi dengan adanya media sosial ini anak-anak melihat banyak hal yang sebetulnya belum usianya, atau (konten) tidak sesuai usianya.
Kemudian mereka mengalami stres yang tidak diketahui dan itu terus-menerus mengganggu mereka,” bebernya.


















