Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan langkah-langkah penting untuk mencapai ketahanan pangan, seperti memprioritaskan diversifikasi pangan lokal berkelanjutan dengan memanfaatkan lahan yang ada, guna menjaga kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Iswar juga menekankan pentingnya keterlibatan semua elemen masyarakat untuk membangun jaringan dukungan yang kuat dalam meningkatkan akses pangan dan menciptakan solusi untuk ketahanan pangan.
“Karena kita membangun sistem dari hulu ke hilir, penting untuk membuka diri dan berkolaborasi dengan banyak komunitas agar program pertanian ini berkelanjutan dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas,” ujarnya.
Lebih lanjut, Iswar menegaskan perlunya pengembangan sistem integrasi pertanian cerdas yang menghubungkan antara pertanian, lingkungan, dan teknologi untuk mendukung ketahanan pangan.
Ia menyadari bahwa sistem pengelolaan pertanian yang ada saat ini masih bersifat tradisional dan berharap sistem pertanian modern yang terintegrasi bisa segera terwujud.
Upaya lain untuk memperkuat ketahanan pangan adalah melibatkan santri dalam program magang dan belajar teknik agribisnis dari petani lokal berpengalaman.
Menurut Iswar, pemagangan ini dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian, kompetensi keahlian, dan wawasan calon petani masa depan.
“Pemkot Semarang memiliki Urban Farming Corner yang dikelola oleh Dinas Pertanian. Lokasi tersebut dapat dijadikan model dan tempat pelatihan bagi 400 santri Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba’alawi yang ingin belajar bertani dengan sistem manajemen yang lebih modern,” ungkapnya.



















