MATASEMARANG.COM – Periset Universitas Indonesia Ni Putu Ermi Hikmawanti menemukan zat alami daun beluntas yang dapat menghambat perkembangan pada protein human immunodeficiency virus (HIV).
“Beluntas ini banyak di Indonesia, bahkan sering tumbuh di pekarangan rumah. Beluntas merupakan sumber herbal potensial untuk dikembangkan,” kata Ermi melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Ermi memilih daun beluntas karena mengandung senyawa fenolik tinggi. Masyarakat telah lama memanfaatkannya dalam pengobatan tradisional.
Pada implementasimya, Ermi melarutkan daun beluntas dengan pelarut alami berbasis bahan hayati, yakni Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) sebagai alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan.
“Melalui serangkaian uji laboratorium, kombinasi glisin dan asam laktat dengan rasio molar 1:3 serta penambahan air sebesar 50 persen merupakan formulasi NADES paling optimal,” ungkapnya.
Dari hasil ekstraksi tersebut, Ermi berhasil memisahkan salah satu senyawa utama, yakni 3,5-dikafeoilquinat (3,5-DCQA), yang kemudian ia menelitinya lebih lanjut.
Berdasarkan penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan NADES sebagai Pelarut Ekstraksi Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan Pemisahan Asam Dikafeoilquinat serta Aktivitas Antioksidan dan Antiretroviralnya”, ekstrak NADES dan fraksi kaya 3,5-DCQA yang diteliti menunjukkan aktivitas antioksidan dan antiretroviral secara in vitro.
Studi in silico juga menunjukkan bahwa 3,5-DCQA berpotensi menghambat protein gp120 HIV-1, yang merupakan target penting dalam fase awal infeksi HIV.
Temuan Ermi membuka peluang pengembangan 3,5-DCQA sebagai kandidat bahan aktif dalam formulasi obat herbal antiretroviral berbasis bahan alam Indonesia.
Capaian ini turut memperkuat posisi risetnya sebagai rujukan penting dalam pemanfaatan NADES, sekaligus menegaskan potensi besar sumber daya hayati Indonesia dalam pengembangan fitofarmaka yang berdaya saing global. (Ant)
Peneliti: Daun Beluntas Bisa Hambat Perkembangan Protein HIV
