Dalam studi tersebut disebutkan bahwa penundaan perawatan kesehatan terutama dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Pertama yaitu, kurangnya informasi kesehatan yang jelas.
Lebih dari setengah responden menyatakan tidak memiliki informasi medis yang mereka butuhkan, sehingga ragu atau tidak tahu ke mana harus mencari opini kedua maupun informasi medis. Hampir 44 persen responden mengatakan tidak memperoleh informasi yang mereka perlukan saat bertemu dokter terkait diagnosis.
Kedua yaitu biaya sebagai sumber stres. Satu dari lima responden menyebut ketidakpastian mengenai bagaimana biaya perawatan akan ditanggung sebagai kekhawatiran utama, ditambah dengan biaya tak terduga yang harus dibayar sendiri.
Untuk menutupi biaya medis, 56 persen responden mengandalkan jaring pengaman sosial, termasuk keluarga (17 persen), pinjaman (12 persen), lembaga amal (13 persen), dan crowdfunding (14 persen).
Ketiga, keluarga sebagai prioritas utama. Banyak pasien menempatkan tanggung jawab rumah tangga di atas kesehatan pribadi. Sebanyak 20 persen menunda perawatan demi memenuhi kebutuhan finansial keluarga, sementara 18 persen memprioritaskan pengasuhan anak dibanding perawatan diri.
Bagi banyak masyarakat Indonesia, akses terhadap layanan kesehatan masih menjadi tantangan. Sepertiga responden (34 persen) menyebut ketenangan pikiran saat mencari layanan kesehatan sangat tergantung pada kondisi sehari-hari, sementara 17 persen menilai waktu tunggu yang panjang sebagai hambatan besar.