Ditemui secara terpisah, Chef Owner dari Silk Bistro Freedie Salim menambahkan bahwa daging sapi impor seperti Australia telah melalui proses pemeliharaan yang baik karena sejak kecil, para sapi sangat jauh dari stres agar daging tetap empuk ketika dimakan. Seluruh hewan dilepas begitu saja di padang rumput organik dekat laut.
Saat sapi telah menempuh perjalanan jauh untuk dipotong pun, biasanya pihak yang akan melakukan pemotongan akan memberikan sapi waktu istirahat sebelum akhirnya mendapatkan tindakan. Termasuk menggunakan teknologi stun untuk langsung mematikan sapi.
“Mereka secepat mungkin dibuat mati bisa dengan satu suntikann, lalu langsung tergeletak, tapi tidak langsung disayat. Sapi digantung dulu, lalu dikuliti baru diturunkan,” ucapnya.
Sementara di Indonesia, pemotongan daging masih mengacu pada ajaran agama dan memerlukan tata laksana khusus di tempat pemotongan hewan.
“Saya tidak membahas ajarannya, tapi begitu daging sapi langsung dibabat, dia jadi stres dan itu yang membuat daging menjadi keras,” ucap dia dikutip Antara.
Sapi-sapi di Indonesia juga cenderung lebih suka diikat dalam satu tempat, dibanding dilepas begitu saja.
Freddie menambahkan selain cara potong, hal yang membuat perbedaan terletak pada jenis pakan, lingkungan sekitar dan cara perawatan sapi.