“Upaya ini menghasilkan dampak positif berupa perputaran ekonomi dari pengolahan dan pemilahan sampah yang mencapai Rp. 570.233.661,- serta berhasil mengelola 221.299 ton sampah,” jelas Agustina.
Di hilir, langkah-langkah konkret yang diambil mencakup pengadaan 18 unit kontainer, 5 unit truk arm-roll, perbaikan 64 unit kontainer, pembangunan 3 TPS baru, dan perbaikan 12 TPS di berbagai lokasi.
Berbagai inovasi pengolahan sampah juga muncul, seperti Gerakan Semut Mlampah di Semarang Utara, Gumregah di Banyumanik, lomba konten olah sampah di Semarang Barat, pengubahan sampah menjadi BBM di Gunungpati, pengolahan sampah plastik menjadi paving block, hingga pembuatan akuarium dari galon bekas.
Fokus kedua, “Pendidikan yang Berkeadilan,” meliputi akses yang merata, kualitas setara, dan dukungan holistik bagi peserta didik. Dalam 100 hari ini, beasiswa telah disalurkan kepada 2.649 siswa SD/MI, 1.129 siswa SMP/MTs, 468 siswa SMA/SMK/MA, serta 12 mahasiswa miskin berprestasi. Pemkot Semarang juga berhasil menyelesaikan permasalahan ijazah tertahan dengan menyerahkan 374 ijazah dari 36 sekolah.
Untuk memastikan transparansi dalam penerimaan siswa baru, platform SPMB yang dapat diakses publik telah diluncurkan.
Dukungan bagi pelajar dan mahasiswa juga diwujudkan melalui pembagian 3.822 kartu Bus Gratis untuk siswa dan 5.087 kartu untuk mahasiswa ber-KTP Kota Semarang, serta pemberian keringanan PBB untuk 35 sekolah swasta.
Sebagai dukungan holistik, Pemkot Semarang juga menyiapkan lahan seluas 6,5 Ha di Kelurahan Rowosari untuk program Sekolah Rakyat.