MATASEMARANG.COM – Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM) menyoroti dampak algoritma pada platform layanan transportasi berbasis aplikasi atau ojek daring/online (ojol) terhadap performa para mitra pengemudinya.
“Platform transportasi daring menciptakan sebuah disiplin baru, di mana tata kelola bukan melalui pengawasan langsung, melainkan melalui metrik algoritmik yang bersifat opaque (buram) dan real-time,” kata peneliti CfDS UGM Ayom Mratita Purbandani dalam diskusi virtual bertajuk “Algorithms at the Wheel: Global Perspectives on Ride-Hailing Work”, dipantau dari Jakarta, Kamis.
Riset CfDS UGM menunjukkan bahwa sifat sistem akal imitasi (AI) dirancang dengan algoritma preferensial yang melayani kepentingan platform dengan beberapa hal utama.
Pertama, adalah memanfaatkan tenaga kerja yang fleksibel, di mana mitra pengemudi bekerja berjam-jam agar “tetap terlihat” oleh algoritma.
Lebih lanjut, menjaga ketersediaan pengemudi secara konstan, dan memungkinkan diskriminasi harga melalui penetapan harga dinamis dan diferensiasi regional.
“Hal ini mendukung maksimalisasi keuntungan, sekaligus menjauhkan platform dari tanggung jawab ketenagakerjaan,” ujar Ayom.
Selain itu, Ayom juga menyoroti bagaimana algoritma platform secara tidak langsung membuat mitra pengemudi merasakan “kelelahan afektif”, kecemasan tentang visibilitas aplikasi, takut untuk offline, dan memiliki rasa tidak aman atas pendapatan yang tidak terduga.
“Banyak pengemudi menyatakan ketidaknyamanan saat beristirahat, takut akun ‘tidak aktif’,” kata Ayom dikutip Antara.