MATASEMARANG.COM – Tanggal 22 Desember yang seharusnya menjadi momen hangat untuk merayakan kasih sayang kepada ibu, berubah menjadi mimpi buruk bagi salah satu keluarga korban kecelakaan bus PO Cahaya Trans.
Di tengah peringatan Hari Ibu, sebuah kecelakaan maut di Simpang Susun Exit Tol Krapyak, Senin 22 Desember 2025 dini hari, merenggut nyawa secara tragis.
Direktur Operasional PT Jasa Raharja Dewi Aryani Suzana tak mampu menyembunyikan rasa sedihnya saat mengunjungi para korban di RS Tugu Semarang.
Di tengah tugasnya memastikan pendataan, ia mendapati sebuah kisah yang menyayat hati.
“Tadi saya sedih sekali. Ada seorang anak yang kehilangan ibunya tepat di Hari Ibu ini. Ini duka yang luar biasa, sebuah kehilangan yang tidak bisa digantikan oleh apa pun,” ungkap Dewi dengan nada bicara yang berat.
Tragedi ini menjadi semakin kelam karena terjadi di saat banyak orang sedang bersiap memberikan ucapan selamat kepada ibu mereka.
Sebanyak 16 nyawa dinyatakan melayang sia-sia di jalanan. Di RS Kariadi, 15 nyawa tak tertolong, sementara di RS Tugu, satu orang meninggal dunia dan sembilan lainnya masih berjuang pulih dari luka-luka.
Bagi Dewi, angka-angka tersebut bukan sekadar statistik kecelakaan. Di balik setiap angka, ada keluarga yang hancur, dan ada anak yang kini tak lagi bisa memeluk ibunya.
“Enam belas nyawa hilang sia-sia. Kami sangat berduka,” tambahnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab dan kehadiran negara, Jasa Raharja bergerak cepat.
Dewi menjanjikan bahwa prosedur birokrasi tidak akan menambah beban bagi keluarga yang ditinggalkan.



















