Mengajak Warga Semarang Olah Pekarangan Sempit Jadi “Kulkas Hidup”

Urban farming
Instruktur Dian Armanda mempraktikan cara bertanam sayur dengan media tanam dalam "planter box". Dok. Agung S. Bakti

Oleh Agung S. Bakti*

MATASEMARANG.COM – Tangan-tangan cekatan peserta tampak asyik membenamkan bibit sayuran ke dalam planter box mini. Sesekali terdengar tawa renyah saat mereka saling membantu dan berbagi tips. Suasana akrab dan penuh semangat praktikum ini mewarnai sesi Pelatihan Urban Farming Desain Kitchen Garden bertajuk “Solusi Pangan, Rempah, dan Tanaman Hias di Satu Lahan” yang digelar di Wedangan Setapak, Polaman, Mijen, Sabtu, 2 Agustus 2025.

Inisiatif kolaborasi antara Jateng Innovation Center (JIC) Ngaliyan dan Masjid At-Taqwa Ngaliyan, Wates, ini bertujuan membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam menciptakan ketahanan pangan keluarga melalui pemanfaatan lahan sempit perkotaan.

Pelatihan ini dihadiri oleh hampir seratus peserta, meliputi jamaah Masjid At-Taqwa Ngaliyan, Wates, serta perwakilan mahasiswa dari IMM dan HMI UIN Walisongo. Mereka dibimbing langsung oleh tim instruktur ahli dari program studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.

Ketua JIC Ngaliyan, Agung S Bakti, menjelaskan bahwa pelatihan ini fokus pada perancangan kebun rumah yang efisien dan produktif di lahan terbatas. “Output-nya agar masyarakat bisa punya ketahanan pangan dan memiliki kualitas hidup lebih baik yang selaras dengan lingkungan,” terang Agung. Ia menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya berlandaskan teori, tapi juga dilengkapi dengan praktik langsung penanaman.

Senada, Ketua Takmir Masjid At-Taqwa Wates, Prof. Dr. Ahwan Fanani, M.Ag, menyambut baik kolaborasi ini. Ia juga mengapresiasi peran aktif remaja masjid dalam menggerakkan warga untuk terlibat dalam upaya ketahanan pangan melalui urban farming.

Materi pelatihan mencakup “Desain Kitchen Garden Beragam Tanaman: Solusi Pangan, Rempah dan Tanaman Hias di Satu Lahan” yang disampaikan oleh Dian Armanda, M.Si & Kusrinah, M.Si. Selain itu, Dr. Dian Ayuning Tyas dan M.Biotech bersama Galih Kholifatun Nisa’, M.Sc. membawakan topik menarik tentang “Tanaman Obat Lokal untuk Kesehatan Reproduksi.”

Praktik Langsung dan Edukasi Mendalam

Peserta tidak hanya menerima teori, namun juga langsung mempraktikkan penanaman bibit sayur cabai, tomat, dan terung dalam dalam planter bag atau wadah tanam. Sebelumnya mereka diajarkan bagaimana menyiapkan komposisi media tanam dalam planter bag dengan benar yang berisi pupuk kompos, sekam bakar, dan cocopeat.

Dian Armanda menekankan bahwa memiliki kebun dapur sendiri adalah solusi praktis dan sehat untuk memenuhi kebutuhan pangan harian, sekaligus berpotensi mengurangi stres.” Kita ubah lahan sempit pekarangan rumah kita menjadi ‘kulkas hidup’ penuh sayuran dan rempah segar,” ujarnya penuh semangat.

Dian Armanda yang juga pendiri inisiatif urban farming Citigrower memperkenalkan pula konsep di mana keberagaman tanaman justru menciptakan ekosistem yang stabil.

Sesi mengenai tanaman obat lokal untuk kesehatan reproduksi juga menarik antusiasme tinggi, khususnya dari kalangan ibu-ibu, yang terlibat dalam diskusi interaktif mengenai mitos dan fakta seputar persalinan. Dian Ayuning Tyas menekankan pentingnya pelestarian tanaman obat sebagai bagian dari kearifan lokal.

Pada akhir acara, seluruh peserta menerima benih, bibit, dan planter bag agar dapat langsung mempraktikkan ilmu yang didapat di rumah masing-masing. Para instruktur juga membuka konsultasi daring melalui grup WhatsApp dan sesi praktik lanjutan di Masjid At-Taqwa Ngaliyan, Wates untuk memastikan keberlanjutan program ini.

Antusiasme peserta terlihat jelas. Retno, seorang anggota jamaah ibu-ibu, menilai pelatihan ini sangat bermanfaat, terutama bagi dirinya dan suami yang akan memasuki masa pensiun. “Ini bisa jadi kegiatan kami untuk mengisi waktu luang di rumah nanti,” ujarnya.

Sementara itu, Agus, perwakilan remaja masjid, menyatakan kegembiraan teman-temannya dan berharap ada pelatihan serupa di masa mendatang.

Pos terkait