Pawai Gunungan dalam Kirab Budaya Jadi Simbol Gotong Royong

“Inilah uniknya (Kecamatan) Mijen. Acara kirabnya tidak cuma ditunggu, tetapi mereka juga mempersiapkan semuanya bareng-bareng, dan datang ke sini untuk memeriahkan. Gotong royong masyarakat, tidak pakai APBD sama sekali, sehingga menjadi momentum kebersamaan yang hangat,” imbuhnya.

Selain menjadi ajang hiburan dan tontonan yang memikat, perarakan ini juga menjadi ruang interaksi lintas generasi, di mana kearifan lokal diwariskan kepada generasi muda.

“Apalagi momentumnya Hari Sumpah Pemuda, saya harap ini tidak berhenti menjadi tontonan, tetapi juga tuntunan bagi generasi muda agar mereka makin mencintai budayanya, memahami akar tradisinya, serta menanamkan lagi spirit kebangsaannya,” ujarnya.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA  3 Bencana dalam 2 Hari, BPBD Bagikan Nomor WhatsApp untuk Laporan Kedaruratan

Tidak hanya itu, Wali Kota menambahkan, kirab budaya mampu menjadi daya tarik wisata yang memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat.

“Rencana awalnya, kan, Agustus, tetapi diundur karena dinamika politik saat itu. Ternyata penyelenggaraannya malah lebih bagus. Penontonnya banyak, UMKM-nya hidup, ekonomi berputar,” tandasnya.

Karnaval dan kirab budaya pawai gunungan ini menjadi puncak rangkaian gelar budaya yang diselenggarakan di Kecamatan Mijen.

Sebelumnya Sabtu, 25 Oktober 2025 dilaksanakan acara kesenian Kuda Lumping Turonggo Cipto Budoyo dan Wayang on the Street.

BACA JUGA  Kereta Cepat "Whoosh" Jakarta-Surabaya Lanjut, Bila...

Acara ditutup dengan dengan pagelaran wayang kulit sebagai bentuk konkret Kota Semarang yang terus melaju modern, tetapi tetap berakar pada budaya.

“Terima kasih kepada Kecamatan Mijen beserta seluruh masyarakat yang telah mengemas peringatan Sumpah Pemuda ini dengan begitu semarak, penuh kreativitas, dan berjiwa lokal. Hari ini sudah hebat, semoga tahun depan tambah hebat lagi,” tutupnya.

Pos terkait