“Dengan program Mageri Segoro ini, kita mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memagari laut dengan cara yang paling alami, yaitu dengan menanam pohon,” jelasnya.
Namun menurutnya, upaya penanaman saja tidak cukup tanpa diikuti kebijakan berkelanjutan.
“Penanaman pohon tidak cukup, harus dilengkapi langkah ekologis lain termasuk berbagai macam kebijakan teknis dan sosial. Dengan membangun budaya cinta lingkungan hidup, dengan membangun budaya cinta menanam pohon, karenanya kita kerjakan ulang, kita monitor ulang program untuk menanam satu orang satu pohon minimal setiap tahunnya,” tuturnya.
Kegiatan di Kota Semarang mendapat dukungan dari 26 perusahaan melalui program CSR, di antaranya PT Indofood Noodle, PLN, Pertamina, PT Sido Muncul, PT PHAPROS, PT Kubota, PT Victoria Care, dan PT Kawasan Industri Wijayakusuma dan perusahaan lain. Total sebanyak 18.040 bibit pohon mangrove dan cemara laut ditanam di berbagai titik pesisir, termasuk Pantai Baruna, Pantai Tirang, Pantai KIW, Trimulyo, dan Mangunharjo.
Selain melibatkan dunia usaha, kegiatan ini juga didukung berbagai komunitas pesisir, seperti Camar, Prenjak, KPA Semarang Mangrove, Kenari, Arjuna Berdikari, dan Tripari.
Pemerintah Kota Semarang melengkapi gerakan ini dengan langkah teknis seperti memperluas jaringan SPAM dan PDAM untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah, memperkuat tanggul laut dan sheetpile, serta mengembangkan eduwisata mangrove sebagai wujud nyata pelestarian lingkungan berbasis masyarakat.
“Kami berharap gerakan seperti ini terus berlanjut, dan semakin banyak masyarakat yang peduli untuk membentuk kelompok pelestari pantai. Karena menjaga pantai sejatinya adalah menjaga kehidupan dan masa depan Kota Semarang,” tandasnya.