Lomba Melukis Payung dan Kipas 2025 diikuti sekitar 400 peserta untuk lomba melukis kipas pada Sabtu 18 Oktober 2025 dan lomba melukis payung pada Minggu 19 Oktober 2025.
Lomba ini mengusung tema “Warak Ngendog” yang merupakan Simbol Harmoni Budaya Jawa, Arab, dan Tionghoa, bertujuan untuk melestarikan budaya lokal secara kreatif, menanamkan semangat toleransi sejak dini, dan menghidupkan ruang publik dengan aktivitas seni yang inklusif.
Agustina berpendapat, kegiatan ini menunjukkan bahwa Warak Ngendog, ikon kebanggaan Kota Semarang, tidak hanya dirayakan melalui festival atau arak-arakan, tetapi juga dipromosikan lewat media seni yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, yaitu payung dan kipas.
Cara ini dinilai memiliki potensi ekonomi kreatif, seperti pengembangan motif Warak Ngendog menjadi suvenir khas Semarang.
“Yang paling membahagiakan yaitu berkumpulnya para seniman mulai dari yang (masih) belajar, yang kecil, remaja, anak muda, sampai yang sudah expert. Mereka berkumpul jadi satu kemudian hasilnya itu bisa saling melirik kan. Saya yakin nanti di periode lomba berikutnya mereka akan terpacu untuk membuat yang lebih bagus lagi,” pungkasnya.