MATASEMARANG.COM – Presiden Prabowo Subianto menyoroti maraknya fenomena masyarakat yang merasa paling tahu segalanya. Terutama dalam menyikapi isu politik dan pemerintahan yang kerap menjadi perbincangan liar di media sosial.
Dalam agenda penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025, di Surakarta, Minggu malam, Kepala Negara menyebut kecenderungan ini tak hanya terjadi di Indonesia. Di berbagai negara juga mengalami hal sama.
“Tidak hanya di Indonesia. Saya keliling di mana-mana, mereka juga cerita sekarang banyak orang yang merasa pintar,” katanya.
Menurut Presiden, kini banyak orang yang mengangkat diri sebagai “yang paling pintar”. Mereka sering kali mengomentari segala hal tanpa dasar argumen yang kuat.
Ia pun mengaku kerap memantau media sosial dan podcast yang membahas dirinya. Presiden Prabowo tak jarang heran karena orang lain seolah lebih memahami pemikirannya.
“Mereka lebih tahu dari saya,” ujar Presiden.
Ia mencontohkan spekulasi yang sering muncul, seperti tudingan renggangnya hubungannya dengan Presiden Ke-7 RI Joko Widodo. Atau komentar publik atas pujiannya terhadap gajah yang kini menjadi logo anyar PSI.
Meski menganggap hal itu sebagai bagian dari dinamika demokrasi, Prabowo mengingatkan bahaya penyalahgunaan teknologi informasi, khususnya dalam penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan berita bohong (fake news).
Ia menilai penting untuk tetap menjaga komunikasi terbuka di tengah masyarakat.
“Kita tidak boleh malas untuk komunikasi, untuk bicara,” katanya.
Ia pun menegaskan bahwa dirinya dan Presiden Jokowi (semasa menjabat) lebih memilih terus bekerja ketimbang sibuk berpidato.
“Kita tidak terlalu mau pidato-pidato,” katanya. (Ant)
Presiden Prabowo Kritik Fenomena “Sok Tahu” di Media Sosial
