Keempat komponen tersebut akan membentuk Simila 8+i dengan dukungan; Sertifikasi kompetensi sesuai standar dan kebutuhan dunia kerja bagi guru dan lulusan; Guru secara rutin mendapatkan pemutakhiran (update) teknologi terbaru dan pelatihan dari dunia kerja/industri; Terdapat riset terapan yang mendukung teaching factory berdasarkan kasud atau kebutuhan nyata dunia kerja/masyarakat; Dunia usaha/industri punya komitmen menyerap lulusan; Kemudian (i) kerja sama dengan dunia usaha/industri seprti beasiswa, ikatan dinas, CSR dalam bentuk bantuan peralatan laboratorium, bengkel, dan lainnya.
Sucipto menegaskan pengembangan Simila 8+i dapat menjadi instrumen strategis untuk mengatasi mata rantai terputus (missing link) antara sekolah dengan industri.
Ia menambahkan meski Simila 8+i belum diterapkan secara luas, sistem ini telah menampilkan potensi bermakna sebagai instrumen strategis untuk memperkuat implementasi link and match 8+i.
“Ketersediaan data yang terstruktur menjadi modal awal bagi sekolah untuk menyesuaikan program pembelajaran dengan standar industri konstruksi sekaligus memperkuat transparansi dalam manajemen kemitraan,” kata guru besar dengan tiga anak dan tiga cucu tersebut.
Sucipto menyelesaikan studi S-1 di Unnes, S-2 di UGM, dan S-3 di Unnes. Saat ini dia menjabat Ketua Senat Akademik Unnes. Sebelumnya pernah menjadi Wakil Rektor Universitas Bangka Belitung.



















