Proses pendataan penyandang disabilitas dilakukan secara menyeluruh dengan sistem by name by address, agar setiap warga yang membutuhkan mendapatkan layanan yang tepat sasaran.
Selain itu, Pemkot juga melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam proses ini, termasuk petugas kecamatan, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), relawan, penyandang disabilitas, dan para pemangku kepentingan.
Rumah Inspirasi juga berfungsi sebagai ruang kolaborasi antara pemerintah dan komunitas untuk membangun ekosistem layanan yang inklusif, menjawab kebutuhan nyata masyarakat.
Semarang Inklusif dengan Rumah Inspirasinya bukan hanya sekadar program sosial, tetapi juga bagian dari visi besar kota menuju masyarakat yang berkeadilan sosial, berkelanjutan, dan inklusif. Program ini menjadi fondasi awal untuk pembangunan lima tahun ke depan.
“Kita tidak hanya membahas bangunan fisik, tetapi juga tentang membangun sistem perlindungan dan pemberdayaan yang kuat dan berkelanjutan. Oleh karena itu, kami juga sedang menyiapkan apa yang kami sebut sebagai Protect System untuk memenuhi kebutuhan riil penyandang disabilitas,” jelas Agustina.
Untuk mendukung terciptanya ruang yang setara bagi semua, Pemkot Semarang telah membebaskan 523 ruang publik di seluruh kecamatan dari tarif retribusi.
Ini berarti masyarakat kini dapat menggunakan berbagai fasilitas kota secara gratis untuk kegiatan non-komersial, termasuk aula pertemuan di rumah susun, lapangan futsal, taman kota, hingga halaman Balaikota.
Pembebasan ini memberikan lebih banyak ruang partisipasi bagi komunitas, organisasi sosial, dan warga umum dalam menghidupkan kegiatan sosial, budaya, dan edukatif tanpa beban biaya.
