Sampah plastik, terutama botol kemasan yang telah dikumpulkan, dimasukkan ke dalam wadah dandang besar.
Setelah itu dilakukan proses pembakaran sekitar satu jam dengan pendinginan menggunakan air di wadah berbeda.
“Akan lebih bagus jika menggunakan pompa, terutama saat suhu sangat tinggi. Dari proses itu akan keluar asap yang kemudian dialirkan melalui pipa-pipa yang sudah disiapkan hingga menghasilkan cairan BBM,” jelas Agus.
Lebih lanjut, ia menyebutkan kapasitas alat Pirolisis bervariasi tergantung ukuran sampah. Jika plastik sudah tercacah kecil, alat mampu menampung hingga 5 kilogram sampah.
Dari jumlah tersebut, bisa dihasilkan sekitar 40–50 persen BBM dari sampah yang diolah.
Agus menegaskan bahwa terobosan ini bukan hanya inovasi teknologi, melainkan juga solusi nyata untuk persoalan lingkungan di Kota Pekalongan.
“Ini untuk menyelesaikan permasalahan sampah yang ada. Memang saat ini belum diproduksi massal dan masih dimanfaatkan untuk internal sekolah, tetapi ke depan jika ada pesanan, kami siap mengusahakan,” tambahnya.
Dengan adanya inovasi ini, ia berharap, SMK Mudikal dapat menjadi pelopor pendidikan berbasis riset dan lingkungan.
“Di samping itu, kami bisa memberi inspirasi bagi sekolah maupun masyarakat luas dalam pengolahan sampah plastik yang lebih bermanfaat,”tukasnya.