MATASEMARANG.COM – Lembaga Kesenian Kabupaten (LKK) Semarang menggelar upacara 17 Agustus 2025 dengan cara yang unik.
Jika biasanya upacara bendera dilakukan di tanah lapang atau gedung, LKK Semarang mengadakan upacara di tengah danau Rawa Pening.
Para petuas dan peserta upacara menaiki perahu untuk bisa berada di lokasi yang ditentukan.
Upacara bendera juga menhadirkan tokoh pewayangan lintas generasi, mulai dari Hanoman dan Dewi Shinta yang hidup pada masa purwa kerajaan Alengka.
Gatotkaca, putra Pandawa yang hidup ribuan tahun setelahnya juga hadir sebagai peserta upacara.
Setiap kostum tokoh wayang memiliki arti dan semangatnya masing-masing.
Pembina upacara adalah Werkudara, satria panenggak Pandawa yang melambangkan loyalitas, kejujuran, dan kedisiplinan tinggi.
Sedangkan inspektur upacara adalah Semar, pamomong Pandawa yang selalu setia mendampingi Pandawa dalam segala situasi, baik senang maupun susah.
Pembawa bendera pusaka merah putih adalah Trio Dewi Shinta, Hanoman, dan Anila.
Dewi Shinta adalah lambang cinta tanpa pamrih, kehormatan, dan kesetiaan tanpa batas.
Hanoman menggambarkan kesucian, serta Anila melambangkan keberanian dan semangat tinggi, pembaca naskah UUD 1945 adalah Petruk, personil Punakawan dengan keluguan dan loyalitasnya.
Sedangkan pembaca Teks Pancasila adalah Bathara Kresna, tokoh visioner dan ahli strategi pada masanya.
Petugas pembaca doa adalah tokoh agama Kabupaten Semarang yang mengenakan busana pewayangan juga.
“Rawa Pening dipilih sebagai simbol penyatuan alam mikro dan makro kosmos,” ungkap Ketua LKK Semarang Romo Pujiyanto.