Unsoed berperan dalam mendukung peningkatan kualitas produksi melalui penerapan teknologi dan pemberian bakteri starter agar pupuk yang dihasilkan lebih berkualitas dan memiliki nilai jual lebih tinggi. Melalui inovasi ini, hasil produksi diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan Lapas, tetapi juga berdampak pada masyarakat sekitar.
“Unsoed berkomitmen mendukung pengembangan pupuk organik sebagai bagian dari pertanian berkelanjutan. Melalui dukungan teknologi dan riset, kami ingin hasil pelatihan di BLK tidak hanya bermanfaat bagi Lapas, tetapi juga menjadi bekal keterampilan bagi warga binaan setelah mereka kembali ke masyarakat,” ungkap Titin.
Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi wujud nyata kolaborasi lintas sektor yang berorientasi pada pembinaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di dalam lembaga pemasyarakatan.
“Program pelatihan dan pemberdayaan ini menunjukkan bahwa lembaga pemasyarakatan bukan hanya tempat pembinaan, tetapi juga tempat menumbuhkan kemandirian dan semangat baru bagi warga binaan. Kami mengapresiasi dukungan Unsoed dan pemerintah daerah yang telah menghadirkan inovasi teknologi, sehingga hasil dari BLK ini benar-benar bisa memberi manfaat nyata dan mendukung ketahanan pangan nasional,” ujar Menteri Agus.
Aryono Amd., IP., SIP, selaku Kepala Bidang Giatja Lapas Kelas I Batu Nusakambangan, menyampaikan bahwa BLK menjadi sarana penting bagi warga binaan untuk mengasah keterampilan produktif yang bermanfaat setelah mereka bebas.
















