“Visi dan misi kami adalah mengembangkan karakter dan pendidikan yang berfokus pada toleransi di Kota Semarang. Karena saat ini, Semarang telah menjadi kota paling toleran di Indonesia,” tambahnya.
“Toleransi akan membawa kasih sayang dan perdamaian, yang akan membuat Kota Semarang kondusif. Jika kondusif, maka investor akan lebih mudah masuk karena keamanan terjamin,” lanjutnya.
Dalam program 100 hari kerja Agustina-Iswar, terdapat program yang berbasis penguatan karakter lokal, yakni mewujudkan Semarang Bersih melalui program Pilah Sampah.
“Saya titip kepada bapak ibu guru untuk memperkuat karakter ini, menjaga kebersihan. Mohon ajak anak-anak untuk tidak hanya membuang sampah pada tempatnya, tetapi juga mulai memilah sampah. Dengan kebiasaan ini, dampaknya akan luar biasa. Selain membentuk karakter disiplin, juga berkontribusi positif pada pembangunan, seperti mencegah banjir dan menjaga kelestarian lingkungan,” jelasnya.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang, Budiyanto, menyampaikan bahwa idealnya pendidikan tidak hanya menghasilkan pelajar yang pintar, tetapi juga bermoral. Di sinilah peran penting semua pihak dalam penguatan pendidikan karakter.
“Ini adalah tanggung jawab bersama, antara keluarga, pemerintah, dan masyarakat. Tugas orang tua tidak hanya menyejahterakan anak, tetapi juga membentuk karakter mereka sejak dini. Di sekolah, guru tidak hanya mendidik tetapi juga menumbuhkan karakter anak didik. Dan masyarakat harus peduli jika ada aktivitas kelompok anak yang mencurigakan, segera laporkan ke pihak keamanan,” terangnya.