“Kita bersyukur sebab dengan dinamika sosial Indonesia beberapa waktu lalu, Kota Semarang cenderung aman. Mengapa demikian? Karena masyarakat mau bergotong royong dan aware untuk melindungi. Bukan karena saya hebat, melainkan situasi ini tercipta karena ada kepercayaan yang bangkit antara pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.
Muhammad Eka, salah seorang peserta seminar sekaligus mahasiwa Universitas Negeri Semarang (Unnes) sempat meminta tips menjadi pemimpin yang mampu menyeimbangkan visi misi dengan harapan anggotanya.
“Bagaimana idealnya agar bisa memenuhi keinginan banyak pihak tanpa mengorbankan tujuan awal, Bu?” tanyanya.
Dalam esensi demokrasi, ucap Wali Kota menjawab pertanyaan Eka, pemimpin yang terpilih penting memiliki integritas untuk menepati visi misi sebagai janji yang harus ditunaikan, termasuk mengelola konflik saat dihadapkan dengan pihak-pihak yang punya prinsip berbeda atau berseberangan.
Bahkan, Agustina mengutip ucapan Bung Karno untuk senantiasa teguh dalam berprinsip dan luwes dalam bergaul sebagai cara bersikap seorang pemimpin.
“Selama keinginan anggota tidak bertentangan dengan visi misi yang kita lakukan, maka lanjutkan. Namun, jika bertentangan dan berpotensi tujuan kita tidak tercapai, perlu duduk bareng lagi,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, Agustina yang sekaligus menjadi Bunda Literasi Kota Semarang berpesan perlunya banyak membaca agar pemimpin lebih mengerti kebutuhan masyarakat yang dipimpinnya.
Wali Kota menyatakan dengan membaca secara komprehensif dan utuh, akan menambah pengalaman batin dan kepekaan terhadap masyarakat.