Meski demikian, Yuliar mengungkapkan terdapat sejumlah kendala dalam memproduksi OSC, seperti stabilitas jangka panjang, tantangan scaling-up ke ukuran yang lebih besar tanpa mengurangi performa, serta ketersediaan material interlayer yang murah, ramah lingkungan, dan mudah diproduksi masih terbatas.
Maka dari itu, ia berharap OSC dapat dikembangkan menjadi teknologi energi terbarukan yang efisien, stabil, murah, dan fleksibel. Dengan riset interlayer, rekayasa bahan penyerap, dan proses rekayasa untuk scale up, teknologi ini dapat diproduksi massal di Indonesia, diaplikasikan dalam bangunan, perangkat elektronik, maupun infrastruktur, serta mendukung kemandirian energi nasional.
“Untuk itu, diharapkan dukungan menyeluruh dari segi fasilitas dan pendanaan dari BRIN dan pemerintah,” tutur Yuliar.
















