Sementara itu, keluarga pemilik yayasan, Lucius (Arifin Putra) tengah merencanakan hal yang tak pernah terbayangkan oleh Najwa sebelumnya. Najwa dan anaknya dipersiapkan oleh Lucius sebagai tumbal dari praktik kanibalisme keluarganya yang menganut sekte Bhairawa. Sebuah sekte yang menganut kepercayaan memakan daging manusia agar hidup mereka abadi.
Sepanjang film, penonton akan disuguhi kengerian berdarah. Mulai dari penampakan potongan-potongan tubuh, hingga wujud hantu baru yang dihadirkan sang sutradara Azhar Kinoi Lubis.
“Di film ini, kami menciptakan tampilan hantu yang baru. Hantu pocong ‘malu’,” kata sutradara Azhar Kinoi Lubis.
Ia bahkan mencoba menggabungkan koreografi gerakan tubuh dengan suara. Dus ketika ada adegan melakukan ritual akan ada gerakan seperti koreografi tari, tetapi ada suara seperti mantra, yang membuatnya terdengar sakral.
“Sebagai produser, kami ingin menjadikan cerita-cerita yang menarik menjadi pengalaman sinematik yang mendalam, yang dapat dipahami secara universal namun juga secara halus menyajikan pesan-pesan penting, menyoroti isu-isu sosial seperti keserakahan dan eksploitasi,” kata produser film Labinak: Mereka Ada di Sini, Dilip Chugani.
Raihaanun pemeran Najwa mengungkapkan peran di film ini memberinya dimensi yang sebenarnya bertolak belakang. Pada satu sisi, ia adalah seorang guru fisika, yang percaya pada segala hal dengan bukti logika. Namun, di sisi lain, dari pengalamannya tinggal di rumah barunya, ia selalu mendapat teror dari sosok-sosok yang tak pernah ia pahami sebelumnya.



















