Harga RAM Serampangan, AI Bikin Manusia Jadi Figuran Teknologi

ilustrasi RAM (pixabay/ cliffsmith23)
ilustrasi RAM (pixabay/ cliffsmith23)

MATASEMARANG.COM – Ada satu benda kecil yang dulu dianggap remeh, sering dijual obral di forum komputer, bahkan kadang dijadikan bonus ketika membeli motherboard, yaitu (Random Access Memory) RAM.

Kini benda mungil itu berubah jadi komoditas yang berharga karena harganya yang melonjak lebih dari 100 persen dalam tiga bulan terakhir.

Alasannya sederhana, pabrikan lebih sibuk melayani pesanan korporasi besar yang sedang membangun pusat data untuk melatih kecerdasan buatan.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA  Rumah dengan Pola Ruang Mengalir: Solusi Hunian Nyaman dan Fungsional

Sementara rakyat jelata yang ingin merakit PC gaming murah harus rela menunda mimpi membangun atau upgrade DDR5.

Fenomena ini bukan sekadar gosip warung kopi. OpenAI, Google, Nvidia dan kawan-kawan sedang memborong DRAM dalam jumlah ton.

Mereka butuh memori untuk melatih model AI yang bisa menulis puisi, menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya. Hukum supply-demand pun berlaku, yaitu ketika permintaan dari raksasa teknologi melonjak, pasokan untuk rakyat biasa menyusut.

Mari kita bayangkan suasana pabrikan DRAM. Ada antrean panjang dari perusahaan besar, masing-masing membawa koper berisi uang dan siap membeli RAM dalam kapasitas besar.

BACA JUGA  Pelaku Industri Kreatif Harus Melek Teknologi

Sementara di pojok ruangan, ada seorang mahasiswa yang hanya ingin beli RAM 8GB untuk menunjang tugas kuliah. Tentu saja pabrikan akan memilih menyediakan barang dagangannya kepada perusahaan besar.

Ironi pun semakin jelas. Dulu, orang merakit PC dengan penuh kebanggaan: casing transparan, lampu RGB, dan RAM yang harganya masih masuk akal. Kini, merakit PC jadi kegiatan ekstrem yang membuat dompet jebol.

Pos terkait