Sementara itu, Arief Sudarmaji menambahkan bahwa teknologi ini membantu mengatasi permasalahan klasik budidaya bawang merah, yaitu penggunaan air yang berlebih, ketidaktepatan waktu penyiraman, serta tingginya biaya tenaga kerja.
Dengan otomatisasi irigasi, petani dapat lebih hemat air, efisien waktu, dan berpotensi meningkatkan hasil panen.
Manfaat sistem ini dirasakan langsung oleh petani mitra, seperti yang disampaikan Tono, petani Desa Bunton.
“Dengan pengairan otomatis, pekerjaan menjadi lebih ringan, efisien, dan hasil panen lebih baik. Teknologi ini benar-benar membantu petani,” ujarnya.
Selain hemat air, sistem irigasi otomatis berbasis IoT juga mendukung praktik pertanian berkelanjutan.
Kelembapan tanah yang stabil menekan risiko penyakit tular tanah, serta memaksimalkan pemanfaatan lahan yang sebelumnya tidak produktif. Dari lahan uji coba ini, potensi pendapatan diperkirakan dapat mencapai lebih dari 10 juta rupiah.
Ke depan, implementasi sistem ini dapat diperluas ke berbagai sentra produksi bawang merah di Indonesia, terutama di wilayah dengan keterbatasan sumber daya air.
Teknologi ini juga memiliki peluang dikembangkan dengan integrasi energi surya serta kecerdasan buatan (AI) untuk prediksi kebutuhan air berdasarkan iklim dan fase pertumbuhan tanaman.