Dirinya juga menambahkan, tren pertumbuhan kredit sudah melambat sejak tahun lalu. Ia menilai OJK seharusnya memiliki analisis mendalam mengenai faktor-faktor penyebab penurunan tersebut, baik yang berasal dari kondisi domestik maupun eksternal.
“Artinya OJK sudah punya analisa ini faktornya ada di dalam ekonomi, atau di luar ekonomi. Kalau di dalam ekonomi kan misalnya apakah prospek pasar sekarang kita risiko tinggi sehingga orang enggak mau berusaha, apakah faktor karena bunganya yang terlalu tinggi sehingga orang enggak mau ambil kredit, atau faktor kemudahan mengambil kredit,” ujarnya lagi.
Menanggapi hal itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menilai tingginya undisbursed loan masih mencerminkan optimisme pelaku usaha terhadap prospek bisnis ke depan.
Sebab, pengertian kredit menganggur sebenarnya merupakan kredit yang sudah disetujui, namun realisasinya tertunda menyesuaikan kebutuhan debitur.
“Tetapi ini tentu para pengusaha ini punya sense sendiri untuk melihat bagaimana ini, kira-kira kapan kita akan men-disbursed loan ini. Sehingga kemudian pengembangan (usaha) besar akan dilakukan,” ujarnya.
Ia menyampaikan, setelah pemerintah memindahkan dana Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke bank Himbara, OJK berkomitmen untuk terus menganalisis perkembangan sektor usaha dan prospek bisnis agar penyaluran kredit perbankan lebih efektif.
“Jadi memang ada dialog juga antara pengawas dengan teman-teman perbankan untuk memastikan loan ini kemudian efektif,” kata Dian pula. (ant)
















