“Zaman sudah berubah, jadi harus mengikuti. Yang sering terjadi, saat musim tanam cabai, semua menanam cabai. Nanti saat panen harga justru jatuh, yang seperti ini bikin rugi,” paparnya.
Anggota DPRD Kabupaten Karanganyar, Budi Santoso juga berpendapat sama. Menurutnya, para petani perlu untuk mencari terobosan agar penghasilannya bisa meningkat.
“Selain bertani, bisa melakukan usaha sambilan seperti beternak ayam. Bisa juga melakukan variasi seperti menanam sayur mayur yang saat ini banyak dicari,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Jatisuko Dwi Jangkung Hariyanto mengatakan, kehadiran Sumanto cukup menginspirasi para petani.
Menurutnya, apa yang Sumanto sampaikan mengubah pola pikir para petani. Yaitu dari yang semula dianggap mata pencaharian sebelah mata, ternyata merupakan pekerjaan yang menguntungkan.
“Semoga dengan pertemuan ini bisa mengubah mindset para petani yang biasanya banyak dianggap pekerjaan sebelah mata, tapi dengan kedatangan beliau bisa mengubah mindset bagaimana bertani jadi pekerjaan yang menguntungkan. Bahkan bisa untuk mencapai masa depan yang lebih baik,” katanya.
Lebih lanjut ia berharap para petani bisa memaksimalkan potensi yang ada di Desa Jatisuko. Salah satunya dengan mencermati tren komoditas pertanian yang sedang banyak dicari.
“Harapannya para petani bisa lebih semangat lagi, lebih berinisiatif, dan bervariasi dalam mengembangkan pertanian,” ungkapnya.
Menurut Dwi, dari sekitar 2.900 penduduk Desa Jatisuko, 50 persennya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Di desa tersebut terdapat 11 kelompok tani (Poktan) dengan luas lahan pertanian lebih dari 100 hektare.
















