Iran membalas serangan Amerika Serikat (AS) ke tiga fasilitas nuklir mereka, dengan merudal pangkalan militer AS di Qatar pada Senin malam tadi waktu setempat.
Perang yang awalnya antara Israel dan Iran itu pun memasuki lembaran baru yang mungkin makin gawat, apalagi pemerintah Qatar mengecam keras pelanggaran kedaulatan wilayahnya oleh Iran.
Situasi di Timur Tengah pun semakin kritis, apalagi Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menyerang Iran lebih dahsyat lagi jika pemerintah Iran membalas bombardemen terhadap fasilitas-fasilitas nuklirnya di Isfahan, Natanz, dan Fordow.
Namun, tak lama setelah kabar serangan Iran ke Qatar itu, Trump menyatakan Israel dan Iran sudah sepakat bergencatan senjata.
Jika Trump benar, maka salvo terbaru Iran di Qatar bisa dianggap sebagai pernyataan politik simbolik belaka untuk unjuk kekuatan agar Iran tidak kehilangan muka.
Memilih menyerang pangkalan AS di Qatar pun “lebih aman” bagi Iran ketimbang menyerang pangkalan AS di Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, atau Oman. Qatar adalah negara Teluk yang memiliki hubungan yang sangat baik dengan Iran.
Akan tetapi jika kampanye rudal Iran yang terakhir ini memicu percikan baru konflik, maka situasi Timur Tengah bisa lebih gawat lagi. Trump sendiri menyatakan serangan Iran ke pangkalan AS di Qatar itu sebagai “lemah.”
Jadi, serangan Iran ke pangkalan AS itu mungkin memang merupakan pesan simbolik belaka.
Dan itu artinya, AS dan Iran sudah saling menangkap pesan-pesan yang mereka sampaikan lewat manuver-manuver militernya belakangan ini.