Trump-Putin di Alaska, Berujung Perdamaian Historis atau “Kebodohan” Baru

Dari sudut pandang ini, AS dapat memperluas perdagangan dengan China dan Jepang sekaligus menyingkirkan kehadiran Rusia dari Amerika Utara, sebuah langkah yang konsisten dengan tujuan Doktrin Monroe untuk menjauhkan kekuatan Eropa dari Belahan Bumi Barat (Benua Amerika).

Seward juga menduga bahwa Alaska memiliki sumber daya alam yang sangat besar dan belum dimanfaatkan. Meskipun penemuan emas dan minyak bumi masih membutuhkan waktu puluhan tahun, ia melihat potensi kekayaan kayu, perikanan, dan mineralnya yang menjanjikan, apalagi diketahui bahwa wilayah yang kaya sumber daya seringkali nilainya bakal meningkat seiring waktu.

BACA JUGA  AS Minta Jepang dan Australia Jadi Sekutu Jika Konflik dengan China

Bagi Rusia, penjualan itu merupakan langkah yang penuh kalkulasi, karena Alaska yang dinilai sangat jauh dari Moskow memiliki biaya pemeliharaan yang begitu mahal serta rentan direbut oleh Kekaisaran Inggris Raya saat itu.

Bacaan Lainnya

Untuk itu, Rusia memutuskan lebih baik menjual Alaska kepada Amerika Serikat yang pada saat itu memiliki hubungan persahabatan, daripada mengambil risiko kehilangan karena direbut oleh pasukan Inggris.

BACA JUGA  Iran Sebut 935 Orang Wafat Selama Perang Lawan Israel

“Seward’s Folly”

Namun pada tahun 1867, banyak warga AS yang ternyata mencemooh pembelian tersebut, dengan menyebutnya sebagai “Seward’s Folly” atau “Kebodohan Seward” karena dinilai membuang-buang banyak uang negara hanya untuk membeli alam liar yang luas dan beku.

Dengan ditemukannya cadangan baik emas maupun minyak bumi akan membenarkan visi yang dicetuskan oleh Seward, tetapi label itu tetap melekat, sebagai sebuah pengingat bahwa apa yang tampak bodoh hari ini mungkin terbukti bijaksana di masa depan.

Pos terkait