Lebih dari 150 tahun kemudian, Alaska kembali siap menjadi tuan rumah dalam ajang diplomasi AS-Rusia yang dipenuhi harap-harap cemas oleh banyak pihak.
Pada 15 Agustus 2025, Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin dijadwalkan bertemu di negara bagian yang pernah dicemooh sebagai “Kebodohan Seward” itu, dengan tujuan untuk membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina.
Sejumlah pemberitaan media dunia menyatakan bahwa awalnya Utusan Trump, Steve Witkoff, telah melontarkan gagasan pertemuan tiga arah, berarti tidak hanya Trump-Putin, tetapi juga dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Permintaan itu ditolak Moskow yang lebih memilih untuk berfokus pada format bilateral. Putin mengatakan ia tetap terbuka untuk berunding dengan Zelenskyy, tetapi hanya jika prasyarat tertentu telah dipenuhi.
Sementara itu, Zelenskyy telah menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas pertemuan Trump-Putin di Alaska, sembari memperingatkan akan adanya “keputusan tentang Ukraina tanpa Ukraina”. Presiden Ukraina itu juga menekankan bahwa negaranya tidak akan berkompromi pada integritas teritorialnya sebagaimana tercantum dalam konstitusinya.
Namun, laporan terbaru The Telegraph menunjukkan bahwa Kiev mungkin melunak, atau berpotensi terbuka terhadap rencana perdamaian yang mengakui kendali de facto Rusia atas wilayah yang diduduki, dengan imbalan keanggotaan NATO dan jaminan keamanan.
Kecemasan Zelenskyy dan sebagian besar pemimpin negara-negara Eropa terhadap pertemuan Trump-Putin memang beralasan, karena secara historis pertemuan antara negara adidaya kerap memiliki risiko mengesampingkan kepentingan negara-negara kecil demi kesepakatan geopolitik yang lebih luas.