MATASEMARANG.COM – Kala virus baru dari Wuhan menyebar pada awal 2020, dunia seperti terperangkap dalam ketakpastian. Bandara lengang, jalan raya sepi, dan orang-orang hanya bisa bertahan di rumah seraya menunggu kabar baik.
Bergerak dalam senyap, para ilmuwan bekerja tanpa henti, berusaha menciptakan sesuatu yang belum pernah ada: vaksin untuk melawan serangan virus COVID-19.
Di sebuah laboratorium di Universitas Oxford, Britania Raya, seorang perempuan muda asal Indonesia menjadi bagian dari upaya raksasa itu. Ia bernama Carina Citra Dewi Joe.
Carina bukan nama yang banyak dikenal sebelum pandemi, namun kerja senyapnya di balik pintu laboratorium membuat dunia bisa bernafas sedikit lega.
Ia ikut mengembangkan metode produksi vaksin Oxford-AstraZeneca, salah satu vaksin pertama yang digunakan secara luas.
Kontribusinya sangat penting, terutama dalam merumuskan skala produksi yang memungkinkan vaksin ini dibuat dalam jumlah besar dan cepat didistribusikan ke banyak negara.
Dari formula yang kelihatannya sederhana, hanya “dua sendok makan sel” dalam wadah kecil, Carina merancang cara agar teknologi itu bisa diperbanyak, hingga ribuan liter, siap memenuhi kebutuhan global.
Perjalanan panjang
Perjalanan menuju titik itu tidak singkat. Carina lahir di Jakarta pada 21 April 1989. Dari kecil, ia dikenal cerdas, tekun, dan menyukai tantangan.
Di SMA Kristen 1 Penabur Jakarta, ia mengikuti program akselerasi dan menuntaskan pendidikan hanya dalam dua tahun. Langkah itu membawanya lebih cepat ke dunia akademik internasional.
















