“Di luar dugaan kita adalah masyarakat yang selama ini malu keluar karena tidak pernah iuran, tiba-tiba ikut bergotong-royong. Nah, iurannya sekarang mereka adalah tenaga dengan sebuah perasaan tenang bahwa guyub rukun itu terjadi,” ungkapnya.
Dengan dana BOP ini maka ada partisipasi warga. Ia berharap warga yang sebelumnya tidak aktif dalam kegiatan lingkungan, menjadi lebih aktif.
“Orang yang biasanya tidak begitu peduli, tiba-tiba keluar dan ikut rembukan. Artinya ini secara sosial sangat bagus,” paparnya.
Agustina berharap bantuan ini bisa mendorong keterlibatan warga dalam menjaga kebersihan, keamanan, dan komunikasi di lingkungannya masing-masing. Dengan demikian, beban pemerintah kota dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari bisa berkurang.
“Harapan saya Rp25 juta per RT per tahun ini bisa menjadi impuls, ya. Bisa menimbulkan gejala yang mempererat hubungan masyarakat dan membantu pemerintah dalam proses membersihkan lingkungan, menjaga keamanan, mengomunikasikan permasalahan kecil satu sama lain, sehingga tugas pemerintah kota menjadi lebih ringan,” tandasnya.
Dana operasional Rp25 juta/tahun memang tidak bisa menyelesaikan segenap persoalan setiap RT. Namun, komitmen Wali Kota Agustina mewujudkan janji politiknya tersebut menumbuhkan optimisme masa depan Kota Semarang yang lebih partisipatif, guyub, dan gemuyu (gembira).